Iman dengan yang Ghaib
Iman kepada yang Ghaib
“Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua
yang ghaib; tak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia
mengetahui apa yang ada di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun
yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji pun
dalam kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering melainkan
tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).” (QS. Al-An’am: 59)
الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ الصَّلاَةَ
وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ
“(yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan
sebahagian rezki yang Kami
anugerahkan kepada mereka”. QS. Al Baqarah : 3)
Wahai sahabat
ruqyah, ayat diatas menegaskan kepada kita bahwa salah satu sifat seorang
mukmin adalah mengimani hal-hal yang ghaib. Mengimani dengan cara membenarkan
segala sesuatu yang Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya kabarkan kepada
kita tentang semua hal yang bersifat ghaib. Seperti iman kepada Allah, malaikat,
hari kiamat, takdir yang baik dan buruk, iman dengan adanya akhirat, hari
kebangkitan, adanya hari perhitungan amal, adanya shirat, surga, neraka dan hal
hal ghaib lainnya. Termasuk juga beriman dengan adanya makhluk lain yang telah
Allah ciptakan, yaitu bangsa Jin.
Wahai
sahabat ruqyah, salah satu bentuk keimanan terhadap yang ghaib sebagaimana
keyakinan dan manhaj Ahlus Sunnah
wal Jamaah, adalah meyakini
bahwa hanya Allah Subhanahu
wa Ta’ala saja yang
mengetahui perkara yang ghaib, dan ini termasuk sifat Allah Subhanahu wa Ta’ala yang paling khusus, yang tidak ada seoarang makhluk pun
dapat menyamai-Nya.
Ada
lima hal yang hanya Allah saja yang mengetahuinya. Hal ini sebagaimana firman
Allah dalam al Quran :
إِنَّ اللَّهَ
عِنْدَهُ عِلْمُ السَّاعَةِ وَيُنَزِّلُ الْغَيْثَ وَيَعْلَمُ مَا فِي
الْأَرْحَامِ ۖ وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ مَاذَا تَكْسِبُ غَدًا ۖ وَمَا تَدْرِي
نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
“Sesungguhnya hanya
di sisi Allah sajalah pengetahuan tentang hari Kiamat; dan Dia lah yang
menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada di dalam rahim, dan tiada seorang
pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang diusahakan besok, dan tiada
seorang pun yang mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS. Luqmân : 34)
Lima hal tersebut yaitu :
- Kapan terjadinya hari kiamat
- Kapan terjadinya turun hujan
- Apa-apa yang ada dalam rahim (kandungan)
- Apa-apa yang engkau usahakan besok
- Kapan dan dimana seseorang akan mati
Dalam ayat lain Allah Subhanahu wa
Ta’ala berfirman,
وَعِنْدَهُ
مَفَاتِحُ الْغَيْبِ لاَيَعْلَمُهَآ إِلاَّ هُوَ وَيَعْلَمُ مَافِي
الْبَرِّوَالْبَحْرِ وَمَا تَسْقُطُ مِن وَرَقَةٍ يَعْلَمُهَا وَلاَحَبَّةٍ فِي
ظُلُمَاتِ اْلأَرْضِ وَلاَرَطْبٍ وَلاَيَابِسٍ إِلاَّ فِي كِتَابٍ مًّبِينٍ
“Dan pada sisi
Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tak ada yang mengetahuinya kecuali Dia
sendiri, dan Dia mengetahui apa yang ada di daratan dan di lautan, dan tiada
sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh
sebutir biji pun dalam kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah atau yang
kering melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).”
(QS. Al-An’am: 59)
Rasulullah tidak
mengetahui perkara yang ghaib kecuali apa-apa yang telah Allah kabarkan
kepadanya. Seperti ketidak tahuan Rasulullah saat ada sekelompok jin yang ikut mendengarkan
al Quran. Malaikat tidak mengetahui perkara yang ghaib seperti yang termaktub dalam
kisah penciptaan Adam. Jin tidak mengetahui perkara yang ghaib seperti ketidak
tahuan terhadap Sulaiman yang sudah wafat sehingga tongkatnya rapuh dimakan
rayap. Manusia tidak mengetahui perkara yang ghaib kecuali sebatas apa-apa yang
telah Allah dan Rasul-nya kabarkan.
Wahai sahabat ruqyah, jin
Allah ciptakan dengan sifat tersembunyi. Artinya Jin tidak mungkin akan
terlihat oleh manusia secara kasat mata. Bagi siapa saja yang menyatakan bahwa
dirinya mampu melihat bangsa Jin atau mengetahui perkara ghaib lainnya, maka
persaksiannya jangan pernah di terima bahka ia jelas seorang pendusta.
‘Aisyah, Ummul Mukminin Radhiyallahu anhuma berkata:
وَمَنْ
زَعَمَ أَنَّهُ يُخْبِرُ بِمَا يَكُونُ فِى غَدٍ فَقَدْ أَعْظَمَ عَلَى اللَّهِ
الْفِرْيَةَ وَاللَّهُ يَقُولُ (قُلْ لاَ يَعْلَمُ مَنْ فِى السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ
الْغَيْبَ إِلاَّ اللَّه
Barang siapa yang mengatakan bahwasanya Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengetahui apa yang akan terjadi di esok hari,
maka sungguh dia telah berbuat dusta yang besar kepada Allah Azza wa Jalla
(Karena) Allah Azza wa Jalla telah berfirman (yang artinya), ”Katakanlah, tidak
ada seorang pun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang gaib,
kecuali Allah .” (QS. Al An’am : 65 dan Shahîh Bukhâr
(4/1840), Shahîh Muslim (1/110)
Wahai sahabat ruqyah, karenya sebagai seorang mukmin, maka kita harus mengimani terhadap perkara yang ghaib sebagaimana yang telah Allah dan Rasul-Nya kabarkan kepada kita dengan keinanan yang kuat dan kokoh. Selain itu kita juga mengimani dengan keberadaan bangsa jin yang juga telah Allah ciptakan dan hidup berdampingan dengan kita. Hanya saja pada dimensi yang berbeda. Antara jin dan manusia tidak boleh saling mengganggu atau pun bekerjasama. Sebab siapa saja yang bekerjasama dengan bangsa jin dengan melakukan perjanjian tertentu, maka ia tidak akan pernah beruntung, namun justru akan mendapatkan mudharat yang besar dan semakin bertambah mudharatnya.
Ponit penting yang perlu kita garis
bawahi dalam hal ini adalah bagaimana kita harus menanamkan akidah yang kuat
dan kokoh pada diri kita, sehingga kita tidak terjerumus kedalam lubang
kemaksiatan dan keyirikan yang mampu menimbulkan mudharat dan keburukan bagi
pelakunya.
